Lupakan Mbah Slamet! Ini Cara ‘Menggandakan’ Uang yang Benar

Seorang pria dikeler polisi di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa Banjarnegara. Diduga berkaitan dengan kasus pembunuhan. Foto diunggah Minggu (2/4/2023) malam.

Kasus pembunuhan dengan modus ritual penggandaan uang di Banjarnegara kini viral di media. Setelah terjadi penelusuran, pelaku yang bernama Slamet Tohari ternyata sudah melakukan aksi kejinya terhadap 10 korban mulai dari tahun 2020.

Seperti diberitakan detik, sosok yang kerap disapa Mbah Slamet dulu dikenal layaknya warga yang baik dan tak pernah berbuat onar sama sekali. Salah seorang warga mengenal Slamet sebagai “orang pintar” alias dukun.

Konon kabarnya selama 10 tahun praktek, mbah Slamet bisa membantu kliennya menggandakan uang. Namun setelah adanya pengaduan ke kepolisian setempat, mbah Slamet akhirnya dibekuk dan polisi menemukan banyak bukti yang cukup mengerikan.

Lewat media sosial Facebook, Mbah Slamet mempromosikan jasa penggandaan uang tersebut guna mencari korban baru.

Korban-korban Slamet tewas diracun saat melakukan ritual dengan minuman yang mengandung potasium dan obat penenang, dan setelah dilakukan penelusuran polisi menemukan ada 10 kerangka manusia yang ditemukan di lokasi.

Berdasarkan data Survei Nasional Literasi Keuangan tahun 2022, yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat literasi keuangan nasional di tahun 2022, mencapai 49,68%.

Sementara itu jika melihat tingkat inklusinya, terdapat gap yang cukup tinggi yakni 38,16% di tahun 2019 dan 35,42% di 2022.

Jika dilihat berdasarkan data wilayah, nilai literasi keuangan di pedesaan 48,43% sementara perkotaan di 50,52%.

Tingginya gap antara literasi dan inklusi menandakan bahwa masih banyak masyarakat yang sudah menggunakan produk atau jasa keuangan, namun belum memiliki pemahaman yang baik.

Minimnya literasi keuangan juga menjadi pendorong mudahnya seseorang terbujuk dengan iming-iming terkait penggandaan uang.

Ketimbang percaya dengan dukun yang berujung maut, berikut adalah cara menggandakan uang di masa depan yang legal dan benar.

Investasi emas

Emas merupakan instrumen investasi yang terbilang sederhana dan masih populer hingga kini. Dalam lima tahun terakhir, keuntungan yang Anda dapat dari investasi emas bisa mencapai CAGR 7,1% per tahun.

Dan seperti diketahui, emas tidak hanya bisa dibeli dalam bentuk batangan karena saat ini sudah ada emas digital yang bisa Anda coba.

Reksa dana

Reksa dana adalah wadah yang digunakan untuk mengumpulkan dana investor yang nantinya akan diinvestasikan kembali ke sejumlah portofolio efek oleh manajer investasi.

Bila Anda adalah investor konservatif yang cenderung menghindari risiko, reksa dana pasar uang dan pendapatan tetap adalah solusinya.

Sementara jika Anda menginginkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi untuk investasi jangka panjang maka reksa dana campuran, indeks saham, dan saham lah yang cocok untuk Anda.

Obligasi

Jika Anda menginginkan penghasilan pasif yang rutin diterima setiap tahun dalam jumlah yang lebih besar dari deposito, maka obligasi atau surat utang adalah solusinya.

Jika dilihat dari penerbitnya, obligasi memiliki dua jenis yaitu obligasi negara dan obligasi korporasi.

Obligasi negara merupakan salah satu investasi teraman yang ada di pasar modal. Hal itu disebabkan karena modal dan kupon imbal hasil yang Anda terima akan dijamin oleh negara.

Sementara itu jika Anda menghendaki returns yang lebih tinggi, obligasi korporasi adalah pilihannya.

Saham

Meski memiliki risiko yang tinggi, saham merupakan instrumen yang memiliki tingkat returns tinggi pula. Bagi pemula, ada baiknya untuk memilih saham-saham perusahaan besar yang memiliki kinerja bagus ke depannya.

Saham-saham perusahaan raksasa itu kerap disebut dengan istilah saham bluechip.

Selain keuntungan berupa capital gain, investor saham juga bisa mendapatkan keuntungan berupa pendapatan pasif yaitu dividen. Dividen adalah hasil bagi laba bersih yang didapatkan perusahaan ke para pemegang sahamnya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*